Senin, 13 Januari 2020

Perempuan Belajar Menyetir

Perempuan bisa nyetir di jaman sekarang bukanlah hal yang langka. Apalagi di kota-kota besar banyak perempuan yang membawa mobil sendiri, baik buat mengantar jemput anak sekolah, kerja ataupun cuma sekedar hang out.

Bagi saya pribadi, bisa menyetir adalah pencapaian yang luar biasa dalam sejarah perubahan hidup saya. Lebayyy :D Saya adalah perempuan dari kampung yang awalnya "terpakasa" tinggal di ibukota dengan alasan ikut suami. Semenjak melepas status ke "PNS-an", saya menjadi fulltime mother buat kedua putri saya. Awal-awal di Jakarta, kemana-mana selalu dianter suami. Kalau suami lagi ngga bisa, dianter sama bapak mertua. Seiring berjalannya waktu, sudah bisa mengenali jalur transportasi ibukota. Mulailah berani naik angkot atau angkutan umum yang lain. Tidak bisa terus mengandalkan suami atau bapak mertua buat mengantar jemput.

Tahun ajaran 2014/2015, anak pertama mulai masuk sekolah di playgroup. Jarak rumah-sekolah memang relatif dekat tapi tidak bisa juga jalan kaki. Awal-awal masuk sekolah, bareng-bareng sama suami nganter ke sekolah sekalian suami berangkat kerja. Sementara saya nunggu di sekolah, untungnya jam sekolah masih jam 9-11. Tidak terlalu lama dan banyak temannya juga yang menunggu. Sesekali numpang ikut sama teman kalau ada acara sekolah. Pulang sekolah, saya dan anak naik angkot. Tidak ada masalah dan kami pun menikmati saat naik angkot. Tapi disaat musim, kami sedikit kerepotan karena dari turun angkot itu, kami masih harus jalan kaki ke rumah, lumayan bikin basah juga.

Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong saya untuk belajar menyetir. Keinginan itu pun saya utarakan kepada suami dan seperti biasa suami menyambut baik keinginan saya. Kursus menyetir pun dimulai, saya mengambil tempat kursus yang dekat dengan rumah. Hari pertama menyetir sudah disuruh bawa mobil di jalanan. Sutris menghadapi jalanan ibu kota. Singkat cerita masa kursus pun selesai. Tapi...apakah saya sudah bisa membawa mobil? Jawabannya tentu saja belum..rasa takut saya terlalu besar. Saya pun mengambil kursus menyetir tahap 2. Kali ini di tempat yang berbeda, dan tidak tanggung-tanggung di daerah margonda Depok, sementara saya tinggal di daerah TMII Jakarta Timur. Tidak jauh berbeda dari kursus yang pertama, selesai kursus pun masih belum berani juga bawa mobil. Beberapa kali ada sesi tambahan diajarin nyetir sama suami. Tapi, bukannya semakin bisa malah semakin takut. Suami sih tidak pernah memarahi bahkan disaat mobil penyok waktu masuk garasi juga ngga marah. Tapi tetep saja saya ngga berani bawa mobil. Alasan saya pun bertambah, susah ngatur koplingnya dan akhirnya mengajukan proposal ingin mobil matic.
Tidak serta merta keinginan saya kali ini terkabul. Kami harus mengatur keuangan untuk bisa membeli mobil matic. Alhamdullah beberapa bulan setelah itu, mobil matic pun tersedia di rumah, bukan mobil baru tapi lumayan buat saya belajar menyetir. Saya pun di challenge sama suami untuk segera berani. Seminggu dua mingggu belum juga saya berani. Padahal SIM sudah punya, tapi nyali masih ciut.

Di suatu pagi menjelang siang saya pun memberanikan diri untuk membawa mobil keluar rumah. Setelah sebelumnya solat dhuha dulu dan baca Al Quran (khawatir terjadi apa-apa di jalan :D), akhirnya cus mobil saya bawa. Alhamdulillah kembali ke rumah dengan selamat. Siangnya saat jam jemput sekolah, saya pun memberanikan diri untuk menyetir ke sekolah. Alhamdulillah hari pertama bawa mobil tidak ada halangan apa-apa. Saya pun akhirnya berani bawa mobil sendiri. Minggu-minggu pertama bawa mobil, suami selalu mantau, udah sampai rumah atau belum. Entah khawatir sama istrinya atau khawatir sama mobilnya :D Alhamdulillah ini tahun ke-5 saya bisa menyetir, sebentar lagi harus perpanjang SIM.

Bisa menyetir mobil bagi saya adalah prestasi yang luar biasa. Seperti yang saya sampaikan di awal, saya ini dari ndeso, bawa motor pun ngga bisa. Bagi yang tahu saya seperti apa dulunya, kaget juga ketika tahu kalau sekarang saya bisa bawa mobil. Banyak yang kemudian bertanya apa yang membuat saya bisa bawa mobil.

Hal yang utama adalah niat dan keberanian. Bagi saya anak-anaklah penyemangat utama. Niat yang kuat ingin bisa mengantar jemput sekolah dan juga tidak terlalu bergantung sama suami. Bukan berarti kemudian saya tidak pernah naik angkutan umum lagi. Saya masih sering naik angkot atau gojek atau trans jakarta untuk pergi ke tempat yang lumayan jauh dari rumah dan daerah macet.
Berasa banget manfaatnya ketika bisa membawa mobil sendiri. Ketika anak sakit, sedangkan suami ngga bisa nganter karena harus kerja, saya bisa jalan sendiri. Atau ketika suami sakit tengah malam dan minta dianter ke RS, saya pun bisa mengantarnya.

So, buat ladies yang mau belajar menyetir, niatkan yang kuat, berani dan praktek. Menyetir mobil itu tidak bisa hanya belajar teori saja tapi harus praktek. Jadi ketika sudah dapat SIM, cus bawalah mobilmu ke jalanan. Seiring waktu akan ditemukan kendala-kendala, tapi disitulah proses pembelajaran menyetir yang terus berlanjut. Jangan pikirkan baret-baret di mobil. Sudah tidak terhitung baretan dimobil saya karena parkiran yang sempit, nyenggol pagar lah, tembok dan lain-lain. Alhamdulillah ngga pernah nyenggol orang. Bismillah Insya Allah bisa :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar