Kamis, 12 Desember 2019

VISA AMERIKA TIDAK SEHOROR YANG DIBAYANGKAN

Tidak pernah terbayangkan dan tidak pernah ada keinginan untuk berkunjung ke Amerika. Justru yang menjadi mimpiku adalah keliling Eropa. Tapi apa daya belum ada rejeki ke sana. Balik lagi ke visa US, kenapa pada akhirnya saya apply juga.

Berawal dari suami yang sudah 7 kali ke Amerika, dan diawal tahun 2020 akan melakukan perjalanan yang ke-8. Untuk kali ini, suami ngajak istrinya. Alhamdulillah sedang ada rejekinya. Satu catatan dari suami, "urus sendiri ya visanya". Whattt? Hmmm..Dia memang senang menchallenge istrinya. Beberapa kali saya nunut perjalanan dinas suami, baik dalam dan luar negeri, ketika saya harus menyusul, saya cuma dibelikan tiket pesawat dan alamat tempat menginap. Selebihnya saya yang mencari sendiri untuk sampai di tempat tujuan.

Begitu pun kali ini, dia membiarkan istrinya mencari informasi dan mengurus sendiri proses apply visa nya. Dia cuma bilang, "untuk biayanya nanti saya yang bayar, tapi jangan minta saya mengisi formulir pengajuan visa maupun menyiapkan syarat-syaratnya, termasuk nanti saat interview di kedutaan, saya tidak bisa mengantar." Hadeuhhh

Sebenarnya sih tujuannya baik, saya pun jadi bisa mandiri, tidak terlalu bergantung pada suami. Ok lah saya akan apply sendiri dan tekad saya, saya akan berhasil menaklukan tantangan kali ini :D. Hal pertama yang saya lakukan adalah googling tentang cara dan persyaratan apa saja yang diperlukan untuk pengajuan visa US. Sudah banyak cerita tentang Visa US. Banyak cerita yang berhasil dan tidak sedikit juga yang ditolak. Ini yang bikin horor. Tapi yang pasti butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Berikut saya rangkum runutannya.

1. Silakan berkunjung ke https://www.ustraveldocs.com/id_bi/id-niv-typeb1b2.asp untuk memilih jenis visa yang akan diajukan. Saya memilih visa B-2 karena tujuannya memang hanya untuk liburan. Oh ya FYI, jenis visa bisnis/wisatawan itu ada 3 yaitu: B1: untuk yang melakukan perjalanan bisnis. B2: untuk yang melakukan liburan atau pengobatan. B1/B2 untuk gabungan keduanya. Tapi biasanya sih B1 dan B2 itu digabung menjadi B1/B2. Sebenarnya saya ingin memilih B1/B2, tapi berhubung karena untuk liburan aja dan takut ditanya-tanya akhirnya saya memilih B2 saja.

2. Mengisi formulis DS-160. Bisa dilihat disini https://ceac.state.gov/genniv/
Silakan dipilih lokasi pengajuan visa. Di Indonesia sendiri ada 2 lokasi yaitu di Jakarta dan Surabaya. Setelah itu memulai aplikasi. Disini akan mendapat no pendaftaran. Harap disimpan baik-baik, sewaktu waktu kita akan kembali ke aplikasi, diminta untuk memasukan no pendaftaran dan security question. Aplikasi yang harus diisi lumayan panjang. Santai saja jangan terburu-buru dan tidak harus diselesaikan dalam satu waktu. Aplikasinya bisa di save dan dilanjutkan lagi nanti.

Catatan untuk pengisian nama
- Given name: suku kata pertama dari nama kita
- Surname: nama family. Tapi di Indonesia ngga terlalu common, bisa diisi dengan kepanjangan nama kita.
Bagi yang namanya cuma satu suku kata seperti saya, agak membingungkan juga. Saya mengisi given name dan surname dengan nama yang sama jadinya RATNAYANI RATNAYANI. Waktu interview diverifikasi lagi sama petugasnya. Kebetulan waktu umroh, saya mengajukan perpanjangan nama dengan tambahan nama orang tua. Ternyata jadinya di visa adalah: Given name; Ratnayani; Surname: nama ayah, sesuai dengan visa Saudi.

2. Setelah pengisiannya lengkap, silakan upload aplikasi.
Karena takut ada yang salah, sebelum upload, saya minta suami untuk mengecek  form aplikasi yang saya isi. Karena apabila kita sudah meng-upload, tidak bisa diedit lagi kalau ada yang salah. Jadi pastikan semua data yang terrecord adalah benar dan jujur. Simpan lembar konfirmasi buat dibawa saat interview.
3. Melakukan pembayaran
Pembayaran pembuatan visa B1/B2 adalah sebesar $160 atau setara dengan 2.320.000 rupiah. Pembayaran dilakukan melalui bank CIMB Niaga. Boleh bank CIMB dimana saja, termasuk KCP. Sebelum membayar, lakukan dulu registrasi melalui link https://cgifederal.secure.force.com/
Jangan lupa saat melakukan pembayaran, menyertakan print aplikasi yang menunjukkan no virtual account seperti ini
4. Membuat jadwal wawancara secara online
24 jam setelah melakukan pembayaran atau setelah jam 12 siang hari berikutnya, lakukan pembuatan jadwal wawancara melalui link yang sama dengan pembayaran. Pilihan waktu wawancara tersedia setiap hari pada pukul 07.00 atau 08.30 atau 09.00. Jangan lupa cetak jadwal temu wawancara

5. Tahapan wawancara
Ini adalah tahapan yang paling mendebarkan. Yang akan menentukan visa approved atau rejected. Semuanya tergantung pada pewawancara.  Dokumen yang wajib dibawa saat wawancara adalah:
- Jadwal wawancara
- Lembar konfirmasi pengisian aplikasi DS-160
- Bukti pembayaran
- Foto 5 cm x 5 cm 1 lembar

Dokumen lain yang diperlukan
Saat itu saya membawa jadwal acara kantor suami. Karena tujuan saya ke amerika adalah sekalian suami ada bisnis trip. Selain itu saya juga membawa bukti print tabungan 3 bulan terakhir, buat jaga-jaga saja. Meskipun akhirnya tidak dilihat juga.

Saya melakukan wawancara pada hari senin, 2 Desember 2019. Jadwal wawancara dilakukan pada hari selasa 10 Desember 2019. Saya memilih jam 08.30. Sebaiknya 30 menit sebelum wawancara, kita sudah tiba di kedutaan. Waktu itu saya datang 20 menit sebelum jadwal. Sempat deg-degan juga takut telat. Berdasarkan informasi dari beberapa blog, katanya bisa sampai antri panjang dipinggir jalan menuju kedutaan. 

Ketika tiba di depan kedutaan, saya tidak melihat ada antrian. Di pinggir jalan ada satpam yang akan menyambut dan menanyakan jam wawancara. Setelah itu menuju meja resepsionis yang akan memeriksa paspor dan bukti jadwal wawancara. Di depan saya hanya ada sepasang yang sedang diperiksa, Setelah saya pun hanya ada 1 pasang suami istri. Tidak ngantri kan? Hehe..Kemudian baru dipersilakan untuk masuk kedalam kantor kedutaan. Oh ya, sebaiknya tidak membawa barang-barang elektronik termasuk jam tangan digital, karena harus dititipkan. Saya hanya membawa tas kecil berisi dompet, buku (jaga-jaga kalau ngantrinya panjang). HP dititpkan di penitipan barang. Dari ruang pemeriksaan barang bawaan, diarahkan ke ruang interview. Masuk ruang interview ada 2 pintu pengaman yang harus ditembus :D. Di ruang wawancara tersedia beberapa loket. Petugas mengarahkan kebagian ujung untuk menunggu registrasi. Disini, ada 3 kelompok loket. 

- Loket 1-4 adalah loket pemeriksaan dokumen. Dokumen yang diserahkan yaitu paspor, jadwal wawancara dan foto 1 lembar. Di loket ini petugasnya orang Indonesia. Di tanya-tanya sedikit tentang tujuan ke US dan verifikasi data. Selanjutnya dilakukan pengambilan sidik jari, 4 jari kiri dulu, kemudian 4 jari kanan dan terakhir 2 jempol tangan (kiri dan kanan). Dari sini kita akan mendapat no antrian. Saat itu antrian saya N434. 
- Dari loket 1-4, kemudian menunggu untuk dipanggil ke loket 5, Di loket 5 ini petugasnya bule tapi sudah pasih berbahasa Indonesai. Kita diminta untuk verifikasi sidik jari. Setelah itu, saatnya menunggu panggilan interview. 
- Loket buat wawancaranya yaitu loket 6-11. Di depan loket tersedia kursi untuk menunggu giliran. Antrian berdiri di masing-masing loket setidaknya ada 3 antrian. Sisanya menunggu sambil duduk. Terdapat layar yang menunjukkan no antrian dan loket berapa. Kita tinggal melihat layar saja.

Sambil menunggu, saya memperhatikan orang-orang yang sedang diwawancara. Ada yang cuma sebentar dan ada yang lumayan lama ditanya-tanya. Selama menunggu itu, saya melihat ada yang membawa hasil kertas pink yang artinya visa ditolak. Warna kertas yang diberikan oleh pewawancara di akhir sesi menunjukkan hasil dari wawancara tersebut

- pink: visa ditolak
- kuning: Perlu menambahkan dokumen2 lain sesuai permintaan pewawancara
- putih: visa approved

Saya duduk di depan loket 11. Dari yang diwawancara oleh mas bule loket 11, semuanya mendapatkan kertas putih dan waktu wawancaranya juga relatif sebentar. Saya berdoa semoga dapat mas bule loket 11. Alhamdulillah doa saya terkabul. saya dipanggil di loket 11. Sebelum saya ada rombongan 3 orang. Semuanya sama dapat kertas putih. Duh happy nya. Setelah itu giliran saya, mas bule menyapa "selamat pagi". Wuih pakai bahawa Indonesia. Saya pun menjawab "pagi". Karena saya menjawab pakai bahasa Indonesai, wawancara pun in bahasa. 

- apa tujuan ke amerika
- pernah ke amerika sebelumnya
- berapa lama liburannya
- sama siapa
- sekarang bekerja atau ibu rumah tangga. Nah pada saat ditanya ini saya menjawab I'm a student. Ladalah, pertanyaan berikutnya pun dilakukan in English :D
- Kuliah dimana
- ngambil apa
- Apa dalam rangka riset
- Berapa lama lagi studinya (udah kayak dosen pembimbing). Pertanyaan paling nanjleb karena langsung inget proposal disertasi yang belom kelar dan terbayang wajah promotor. Hadeuuhh :D
- Terakhir ditanya udah punya anak belum

Setelah itu mas bule ketik-ketik dan ngga lama dia ngasih kertas putih "your visa has been appoved". Yeayyy..alhamdulillah. Thank you mas bule..


Setelah itu saya pun melenggang keluar ruangan dengan perasaan berbunga-bunga. Alhamdulillah..ternyata tidak selama dan seribet yang dibayangkan. Jadwal wawancara saya jam 08.30 dan saya keluar dari kedutaan jam 09.10. Tidak sampai satu jam prosesnya. 

6. Pengambilan Paspor
Awalnya saya meilih dokumen dikirim ke rumah, tapi kemudian saya edit, ambil langsung di RPX Casablanca karena ngga sabar pengen cepet liat visanya, hehe. Penasaran akan diberikan durasi visa berapa lama. 
Perubahan delivery paspor bisa dilakukan sampai jam 11.59 PM dihari yang sama dengan wawancara. Saya merubah cara pengambilan visa pada jam 9 malam. Kemudian hari kamis, 12 Des 2019 jam 03.39 AM, saya dapat email kalau paspor saya sudah ada di RPX casablanca. Selanjutnya pagi-pagi setelah anter anak-anak sekolah, langsung cus ke lokasi pengambilan paspor. Tepat jam 10 sampai disana. Pengambilan dilakukan di lantai 2 dengan membawa bukti jadwal wawancara dan fotokopi KTP.
Saat menerima paket paspor itu, saya langsung mencari kursi dan membuka dokumen. Sudah ngga sabar, hihi..and finally this is the result
Alhamdulillah dikasih M (multi years) dan yang tadinya apply B-2 saja, jadinya B1/B2. Bisa dipakai kalau ada conference disana (berharap :) )

So, yang mau bikin visa US, apply aja ngga usah takut. Yang penting data-data yang kita submit benar, datang tepat waktu saat wawancara dan menjawab apa adanya serta meyakinkan bahwa kita akan balik lagi ke Indonesia. Petugasnya dari satpam sampai yang ada di loket wawancara baik-baik kok.





Senin, 12 Agustus 2019

HARUSKAH KEMBALI KE RANAH PUBLIK?

Sampai awal tahun 2014, saya masih tercatat sebagai PNS di salah satu lembaga penelitian pemerintah. Awal tahun 2014 juga merupakan saat yang bersejarah bagi saya. Ada 2 kejadian yang mengharu biru. Finally, saya bisa menyelesaikan jenjang master dan berhak atas gelar M.Biomed. Namun diwaktu yang hampir bersamaan, saya harus memutuskan, apakah kembali ke kota tempat saya bekerja atau tetap tinggal di Jakarta bersama keluarga kecil saya. Pilihan yang sangat sulit.

Sebenarnya saya sudah mengupayakan untuk bisa mutasi ke Jakarta sejak saya menikah pada tahun 2010. Tetapi selalu terbentur dengan peraturan-peraturan yang ada yang menghambat saya pindah. Sekolah S2 pun sebetulnya bukan keinginan saya sepenuhnya, tetapi lebih sebagai upaya untuk bisa bertahan tinggal di Jakarta. Hingga saat wisuda pun, ijin untuk bisa pindah belum juga keluar dari instansi tempat saya bekerja. Dari pihak kepegawaian menyarankan, yang penting saya kembali dulu ke kantor, sambil di urus proses mutasinya. Hmm..saya sendiri minta diyakinkan berapa lama proses itu akan berlangsung. Pihak kepegawaian ngga bisa menjawabnya. Dengan segala pengalaman masalah birokrasi di lingkungan PNS yang terkenal lama dan ngga jelas, ditambah dengan pertimbangan dari suami juga saya memutuskan resign dari PNS.

Apakah saya senang? Ntahlah sebuah rasa campur aduk dalam batin saya. Mengingat perjuangan yang tidak mudah ketika proses seleksi PNS dulu, sekitar ada 4 tahapan yang harus dilalui. Terlebih dari keluarga saya yang PNS minded. Dan juga disaat hampir semua orang berburu status sebagai PNS, justru saya harus melepaskannya. Hal-hal inilah yang membuat saya merasa berat untuk melepas status sebagai PNS. Tapi disisi lain ketika mengingat bahwa ketika saya jadi fulltime mother, maka saya bisa mengalokasikan waktu saya sepenuhnya buat anak saya yang saat itu berumur 3 tahun. Hal inilah yang memberikan senyuman dalam hari-hari saya berikutnya.

Perjalanan sebagai fulltime mother pun tidak terasa sampai di 2017. Yang berarti 3 tahun sudah saya tak ber-income selain dari suami. Sebagai wanita yang pada mulanya berpenghasilan, kemudian menjadi seorang istri dan ibu yang sepenuhnya bergantung pada suami, bukanlah hal mudah. Saya yang sejak sebelum bekerja pun jarang meminta tambahan uang saku sama orangtua. Sekarang harus benar-benar bergantung pada suami. Rasanya tidak nyaman juga. Selain itu, aktifitas full di rumah juga pada akhirnya membawa saya pada titik jenuh. Hal ini juga yang kemudian mendorong saya untuk bisa aktif lagi di luar aktifitas harian kerumahtanggaan. Selanjutnya saya pun meminta ijin sama suami untuk bisa menambah aktifitas di luar rumah. Bak gayung bersambut, suami yang sejatinya lebih menyenangi istrinya untuk tetap berkiprah di luar rumah, otomatis menyetujui permohonan saya.

Keinginannya untuk membuat saya menambah aktifitas di luar rumah kembali muncul ke permukaan, terutama keinginannya untuk membuat saya melanjutkan kembali sekolah formal. Perlu diketahui, one of the reasons why he choose me adalah bahwa saya bekerja dan berpendidikan. Maka tak segan dia untuk mendorong saya sekolah lagi bahkan meskipun dia yang harus menanggung biaya pendidikan saya. Dan selalu sejak saat S2, dia menjadi pelopor untuk melanjutkan sekolah duluan. Alasannya biar saya juga melakukan hal yang sama. Untuk kali ini keinginannya dan keinginanku kembali bersatu. Saya mulai mempersiapkan diri untuk apply S3 dan juga apply pekerjaan di beberapa perusahaan. Tak disangka setelah vakum 3 tahun dari dunia kerja, masih ada perusahaan yang mau menghire saya :D. Jadilah kembali saya ke dunia kerja. Kali ini adalah sebagai karyawan swasta. Dua bulan kemudian, saya pun diterima sebagai mahasiswa S3 di kampus negerti ternama di Jakarta dan Indonesia. Ya saya akan melanjutkan kembali pendidikan dikampus yang sama seperti S2 yaitu di FKUI. Kembali pilihan sulit menerpa saya. Apakah saya lanjut bekerja atau ngambil S3?

Enam bulan setelah pengumuman lulus sebagai mahasiswa S3, perkuliahan harus segera di mulai. Sementara umur pekerjaan saya baru sekitar 8 bulan. Pihak perusahaan menuntut saya full bekerja. Perusahaan hanya membutuhkan saya sebagai seorang master. Perusahaan tidak membutuhkan gelar Doktor yang akan saya tempuh. So, I have to decide. Kembali saya dihadapkan pada pilihan yang sulit. Awalnya saya keteteran memasuki dunia swasta. Di saat saya harus mengkondisikan anak-anak bahwa ibunya kembali bekerja, tuntutan pekerjaan begitu tinggi.  Memang gajinya besar dibandingkan dulu saya sebagai PNS, tapi tuntutan pekerjaan pun tinggi. Tidak jarang saya membawa kerjaan ke rumah. Babak belur juga pada mulanya. Tapi akhirnya saya sudah tahu ritmenya, dan anak-anak pun mulai memahami peran baru ibunya. Ketika saya mulai menikmati pekerjaan, saya harus memutuskan S3 nya diambil atau tidak.

Apapun keputusan yang saya ambil, saya selalu mengkomunikasikannya dengan suami. Setelah berdiskusi, dapat insight dari suami, keputusannnya adalah saya ambil S3 nya. Satu bulan pertama sebagai mahasiswa, saya masih bekerja. Tetapi bulan berikutnya saya tidak sanggup menjalani kedua peran tersebut. Terlebih anak-anak juga masih banyak membutuhkan perhatian saya. Dengan berat hati, status sebagai karyawan akhirnya saya lepaskan.

Hal apa yang sebenarnya membuat saya harus kembali ke ranah publik? Saya selalu terinspirasi dengan orang-orang yang melakukan sesuatu diatas rata-ratanya. Dulu dikala saya pernah patah hati dengan teman sekantor, saya mencari advice dari buku mengenai kisah orang-orang yang mengalami hal yang sama. Hampir semuanya menyarankan untuk memutus koneksi dengan sang mantan. Hmm..Kalau seperti itu berarti saya harus keluar kerja. Pikiran dan hati terdalam saya berkata "ih sayang bgt, masa gara-gara putus terus saya harus kehilangan pekerjaan juga". Saya pun bertekad bahwa saya harus punya nilai lebih dari kebanyakan orang pada umumnya. Apa yang harus saya lakukan? Saya harus tetap bertahan di tempat kerja dan saya tetap bisa melupakannya. Itulah nilai lebihnya. Finally berhasil dan malah ketemu dengan jodoh yang sebenarnya :D.

Lalu apa hubungannya dengan kembali ke ranah publik?? Hehe..maafkan ceritanya belok sedikit. Jadi saya dan juga atas dorongan suami, punya papndangan bahwa "seorang ibu yang full di rumah tanpa menambah beban dengan bekerja atau aktifitas lainnya kemudian dia sukses mendidik anak-anaknya, maka itu merupakan hal yang wajar karena waktunya full di rumah". Mohon maaf tidak bermaksud meremehkan peran ibu rumah tangga lho. Setelah 3 tahun full di rumah baru berasa kalau pekerjaan sebagai IRT itu begitu berat. Waktu kerjanya 24 jam dan ngga ada habisnya. Nah saya menchallenge diri saya sendiri bahwa saya harus menambah beban otak saya yaitu dengan menambah aktifitas diluar kerumahtanggan. Dan saya senangnya kalau tidak bekerja lagi di ranah publik, ya kembali ke dunia sekolah formal. Tujuan utamanya adalah agar otak saya selalu aktif. Bagaimanapun seorang ibu adalah pembawa peradaban dari rumah. Sehingga seorang ibu harus punya kapasitas untuk mentransfer peradaban tersebut pada anak-anaknya sebagai generasi penerus. Dia harus punya bekal dan bekal tersebut harus selalu di upgrade. Selain bermanfaat buat keluarga juga bermanfaat bagi sekitar. Itu sih pandangan sederhana saya kenapa saya ingin menambah aktifitas di ranah publik.

Lalu apakah study S3 saya berjalan lancar? Atau ada hal lain yang kembali membuat saya harus memilih? Tunggu kisah selanjutnya :D